Aku terlahir dengan nama Bresman, namun sejak kecil aku merasa aku adalah wanita yang terperangkap dalam tubuh seorang pria. Bersolek adalah hobiku, namun hal ini sering membuat aku dimarahi. Aku sering dipukuli oleh ibuku, namun ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini membuatku merasa sakit hati kepada orangtuaku.
Hingga aku dewasa dan bertemu dengan seorang waria, disitulah mulai timbul harapan baru bagiku. Namun kenyataannya aku malah dimanfaatkannya. Aku diminta untuk melayani nafsu bejatnya, tapi demi impianku untuk bisa menjadi seorang waria, aku kuatkan hati untuk menjalani semua itu.
Hingga akhirnya aku resmi menjadi Citra, disitulah aku merasa menjadi diriku yang sebenarnya. Setiap malam aku mangkal di pinggir jalan, wajahku yang cantik dan tubuhku yang langsing membuat para pria bermobil terpesona. Aku kencan keluar masuk hotel, saat itu aku sangat merasa bahagia.
Aku akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dari si “mami”, namun dia tidak terima tindakan itu. Aku dipukulinya, sumpah serapah pun terucap dari mulutnya.
“Dasar ngga tahu diri! Udah dibantu, diurusin, sekarang sudah pinter nyari duit mulai berani bertingkah!” demikian ucap Mami.
Aku akhirnya diusir dari tempat mangkal itu, dan mulai merintis sendiri kehidupan bersama temanku Yuli. Kehidupan yang keras harus ku jalani, kadang kami bertransaksi namun para pria hidung belang tak mau membayar malah menganiaya kami. Belum lagi para preman yang sering mengacam dan memeras kami. Hampir selama lima tahun aku hidup dijalanan dan mengalami berbagai perlakuan kasar.
Aku akhirnya memutuskan untuk mengubah nasib dan memberanikan diri mengikuti berbagai perlombaan waria. Mulai dari Lomba Mirip Bintang, Lomba Ratu Waria hingga Miss Waria Indonesia. Kemenanganku diberbagai perlombaan itu membuatku terkenal dikalangan waria.
Namun aku belum puas dengan semua itu, aku pun datang ke dukun. Walaupun aku cantik, namun supaya tidak kalah bersaing aku memasang susuk di seluruh tubuhku, sehingga ketika para pria melihatku langsung senang.
Profesi saya sebagai Miss Waria membuat saya di undang ke sebuah hotel untuk mengisi sebuah acara. Disanalah aku bertemu dengan seorang pengusaha. Hari itu, hanya dia yang berani memberikan saweran saat aku menyanyi. Sejak itu, hubungan kami bagaikan sepasang kekasih.
Hubungan itu terus bertumbuh, hingga seperti suami istri dan tinggal serumah. Aku diminta tidak lagi menjalani profesiku dan menjadi ibu rumah tangga. Pria ini sangat posesif, setiap kali aku bertemu dengan teman-teman wariaku, dia pasti marah.
Pertengkaran pun tidak terhindarkan. Namun tiap kali aku kabur, dia selalu datang menjemputku dan meminta maaf. Hal ini bukan hanya satu kali, bahkan pernah aku meninggalkan dia hampir satu tahun, namun tetap saja aku kembali kepada dia.
Aku sudah nyaman dengan kelimpahan materi yang kuterima, aku takut jika pisah dari dia, maka semua yang telah ia berikan akan dia tarik kembali. Sebelas tahun lamanya aku menjalani hubungan putus nyambung dengan pria itu. Namun tetap saja pertengkaran selalui mewarnai hari-hariku. Cacian dan makian karena statusku sebagai seorang waria sering ia lontarkan. Hal itu terlalu sakit bagiku, hingga aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku.
Aku sudah sempat meneguk obat serangga, tiba-tiba aku seperti merasakan seorang pribadi berkata kepadaku: “Mengapa kamu harus lakukan hal seperti itu? Aku mengasihimu. Untuk Tuhan tidak ada kata terlambat.” Saat itu aku kembali ingat pada Tuhan dan membuat sebuah keputusan. Aku pergi ke barbershop, aku babat rambut panjangku hingga habis. Aku beli dan kenakan pakaian laki-laki dan pulang. Aku harap dengan penampilan baruku ini, pria itu tidak lagi suka padaku. Namun hal itu malah menibulkan pertengkaran yang sangat besar.
Malam itu, aku memutuskan untuk kabur ke pulau Bali. Disana ada seorang temanku, Stanly yang juga mantan waria. Dia menanyakan perubahanku tapi sekalipun terkejut, Stanly menerimaku dengan baik. Bahkan ia mengajakku untuk mengikuti sebuah acara bernama “Pria Sejati.”
Pria sejati? Pikirku. Yang ada juga waria sejati. Aku sudah lama tahu Stanly sudah bertobat, tapi entah mengapa tingkah lakunya masih seperti perempuan. Aku pun akhirnya mencoba menjebak dia dengan mengundang seorang laki-laki dan meninggalkan mereka berdua. Namun ternyata, Stanly tidak melakukan apapun bersamanya dan membuktikan perubahan hidupnya, sehingga akhirnya aku percaya kepadanya dan mau di ajak ke acara Pria Sejati itu.
Di acara itu aku hanya diam mendengarkan sambil tertunduk, aku masih takut dengan pandangan orang tentang diriku. Tak terasa air mataku mengalir tak terbendung. Sesi demi sesi ku ikuti, hati ini rasanya damai sekali.
Hari itu aku menyadari bahwa aku diciptakan bukan sebagai Citra, tapi seorang pria bernama Bresman.
“Tuhan ampuni aku, kalau Tuhan mengijinkan aku ke jalan yang benar, pulihkan aku Tuhan,” demikian pintaku pada saat itu.
Namun perubahan ini, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Saat itu datang berbagai tawaran yang menggiurkan. Melalui telephone, mereka (teman-teman waria- red) mencariku. Padahal pada saat itu aku tidak punya uang, namun aku tolak semuanya, dan aku katakan aku mau hidup benar, aku mau ikut Yesus.
Seorang Bresman, manusia paling bejat bisa dipulihkan oleh Tuhan. Apa yang aku lakukan untuk Tuhan belum seberapa, namun Tuhan Yesus itu luar biasa buatku. Kini hidup yang ku jalani normal, seperti pria lainnya. Yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Yang Tuhan inginkan, aku menjalani kehidupan yang seperti ini. Kini aku bisa berkata bahwa aku telah jadi pria sejati. Aku mau ikut Yesus terus sampai kapanpun.
Sumber : Bresman